

Dari luar, rumah ini tak memberi banyak petunjuk. Sebuah gang kecil di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, seolah tak menjanjikan apa-apa. Tapi begitu Anda melewati pintu pagar kayu yang sederhana itu, rasanya seperti masuk ke dunia lain lebih luas, lebih terang, dan lebih tenang.
Rumah ini bukan dibangun oleh arsitek ternama. Tak ada studio desain interior profesional di baliknya. Tapi justru dari sanalah kisah Letramoda House dimulai tentang bagaimana sebuah pasangan muda, dengan kreativitas dan ketekunan, mampu mengubah ruang terbatas menjadi hunian yang berjiwa “villa tropis”.
Pasangan pemilik rumah adalah dua profesional kreatif yang sejak awal tahu betul apa yang mereka cari hunian yang nyaman, strategis, tapi tetap terjangkau. Mereka memilih Lenteng Agung bukan karena gengsi, tapi karena masuk akal.
“Kalau boleh jujur, kami percaya memilih lokasi rumah itu nggak harus selalu soal prestise. Kadang, yang lebih penting justru adalah keseharian. Seberapa dekat ke tempat kerja, apakah lingkungannya nyaman,” ungkap Bu Mona pemilik rumah saat kami wawancarai.
Dan benar saja. Di balik jalan kecil yang nyaris tak bisa dilalui dua mobil, berdiri rumah berkonsep frugal luxury sederhana tapi berkelas. Di atas lahan 155 m², mereka membangun bangunan dua lantai seluas 300 m² dengan pendekatan desain yang fungsional, alami, dan tetap hangat.
Area carport langsung memperlihatkan pendekatan efisien yang cerdas. Muat tiga mobil dan beberapa motor, permukaan carport ini dilapisi batu split dan variasi batu alam, menciptakan tekstur yang natural tanpa kesan berlebihan. Kanopinya? Dibuat dari atap PVC sisa material proyek di bagian belakang contoh nyata dari prinsip less waste, more value.
Sebuah kolam ikan kecil di depan rumah awalnya terbuka, namun akhirnya ditutup dengan pagar WPC karena terlalu sering didatangi katak. Semua ini menunjukkan satu hal: rumah ini bukan hanya dirancang dengan gaya, tapi juga dengan logika.
Pintu utamanya pun mencuri perhatian: lebarnya 150 cm, tinggi 240 cm, dilapisi HPL motif kayu dan menggunakan engsel pivot memberikan kesan berat dan solid, tanpa benar-benar terasa berlebihan.
Dan ya, ada tiga akses masuk: utama, samping, dan belakang. Praktis dan fleksibel.
Begitu melangkah masuk, suasana langsung berubah. Anda akan disambut ruang terbuka yang menyatukan ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur dalam satu tarikan napas. Gaya yang digunakan adalah Japandi gabungan Japanese dan Scandinavian yang menekankan minimalisme, material alami, dan kehangatan suasana.
Langit-langit setinggi 7 meter menciptakan kesan lega sekaligus memberikan sirkulasi udara yang sangat baik. Material seperti vinyl plank dan batu alam digunakan untuk memperkuat nuansa natural, tanpa terlihat “dingin” atau impersonal.
Yang mengejutkan, seluruh proses desain interior ini dilakukan mandiri tanpa arsitek. Pemilik hanya bermodal riset, referensi daring, dan keberanian untuk mengeksekusi ide-ide liar mereka sendiri.
Kami cukup terkesan dengan dapur linear-nya. Semua area penting kompor, sink, hingga prep table tersusun sejajar dengan alur kerja yang logis. Island marmer dan backsplash granite tile menambah kesan premium tanpa harus mengorbankan bujet besar.
Satu hal yang membuat kami tersenyum meja makan utama adalah warisan dari nenek sang pemilik, terbuat dari kayu jati solid. Ruang makan ini menyatu dengan ruang keluarga, menciptakan tempat berkumpul yang personal, hangat, dan penuh cerita.
Awalnya dirancang sebagai ruang tamu, kini area ini beralih fungsi menjadi living room keluarga tempat anak-anak bermain, menonton, atau sekadar tiduran santai. Lantai vinyl berwarna netral memberikan latar yang tenang untuk aktivitas apa pun.
Kamar mandi tamu? Tidak kalah menarik. Dilengkapi bathtub dan aksen warna putih dengan sentuhan emas, ruang ini terasa seperti hotel mini di dalam rumah.
Ini bagian favorit kami dan mungkin juga Anda nantinya. Sebuah kolam renang ukuran 7 x 2,5 meter hadir di tengah rumah, seolah menjadi jantung dari nuansa villa tropis yang mereka dambakan.
Biaya pembangunan? Hanya sekitar Rp42 juta, dikerjakan secara mandiri pada tahun 2018. Finishing awal menggunakan batu Paras Jogja, lalu diganti saat renovasi untuk memberi nuansa baru. Dengan decking kayu ulin dan perawatan rutin kaporit tablet, area ini jadi ruang relaksasi harian yang hemat, awet, dan tak pernah gagal memberikan ketenangan.
Tangga luar menuju kamar tamu kini dialihfungsikan menjadi gudang. Area laundry dan jemur terletak di atas, dekat kamar ART yang juga didesain layak dan dilengkapi AC serta TV. Bahkan kanopi mesin cuci pun dibuat khusus untuk melindungi dari hujan, tanpa membuat area terlihat kumuh. Semua ruang, sekecil apa pun, punya tujuan. Itulah kekuatan desain yang fungsional.
Kamar utama menawarkan pengalaman layaknya staycation. Dengan window seat beton yang punya laci tersembunyi dan lantai vinyl bernuansa kayu alami, ruang ini terasa hangat tanpa menjadi sempit.
Kamar anak dibuat besar untuk dua anak, lengkap dengan dua lemari dan kamar mandi bersama. Sirkulasi udara dijaga dengan ventilasi roster dan pintu kaca aluminium menunjukkan perhatian pada kenyamanan jangka panjang.
Banyak furnitur dibuat secara custom lokal. Pemilik menggunakan material sisa seperti kayu bekas dan atap PVC untuk menghemat biaya. Perpaduan barang baru dan barang warisan memberikan karakter kuat sekaligus menekan bujet hingga 30–40% dibanding memakai jasa desainer profesional.
Bagi mereka, rumah bukan sekadar tempat tinggal. Rumah adalah cerminan jati diri. Dan di Letramoda, nilai “modern dan sederhana” bukan slogan tapi hidup dalam setiap sudut ruang.
Dengan desain yang memperhatikan ventilasi alami dan material tahan cuaca, pemilik bisa menekan biaya perawatan secara signifikan. Kolam renang hanya butuh Rp200 ribu per bulan, dan konsumsi listrik tetap hemat meski rumah besar. Kuncinya? Desain yang cerdas dan tepat, bukan boros.
Letramoda House bukan rumah besar di kawasan elite. Tapi di balik gang sempit itu, Anda akan menemukan ide, karakter, dan keberanian. Rumah ini mengajarkan bahwa kreativitas lebih penting daripada biaya. Bahwa rumah impian bisa dibangun siapa pun asal tahu siapa dirinya dan apa yang dibutuhkan.
Jadi kalau Anda masih ragu, mulailah dari ruang kecil. Tambahkan satu elemen personal. Bangun dari situ. Karena rumah yang punya jiwa, tak pernah tergantung pada luas tanah atau besar bujet.
Dan saat senja menyinari kolam renang kecil di halaman belakang Letramoda, kami sadar inilah rumah yang benar-benar hidup.
Hubungi Kami